Saturday, October 15, 2011

Cinta pada Cinta




D
i sudut kelas yang berisik, seorang gadis bernama Cinta duduk sambil menangisi nasipnya yang ia pikir sangat tidak menyenangkan.
“Hiks...hiks... Napa sih, nasip aku kayak gini? Dari SMP selalu jelek. Kapan nasip aku bisa lebih baik dari ini?”
Cinta menangisi nasipnya tanpa ada seorang pun teman di kelasnya yang prihatin atau mencemaskannya. Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing tanpa memikirkan perasaan seorang teman yang sudah dengan susah payah berusaha untuk jadi lebih baik dari hari ke hari agar diterima di kelas itu. Tapi sekeras apapun Cinta berusaha, dia tetap tidak diterima di kelas itu.
“Cin... Kamu napa, kok nagis?” tanya sabahat Cinta dari kelas lain yang menghampiri Cinta.
“Ra... Napa nasip aku gini? Napa gak ada seorang pun di kelas ini yang bisa nerima aku apa adanya? Napa mereka selalu liat kekurangan aku? Napa Ra,, napa?” tanya Cinta pada Fahira disela tangis di pelukan sahabatnya itu.
“Cin... Kamu harus berusa berdiri sendiri tanpa mereka. Kamu gak harus bikin diri kamu sakit dan tersakiti cuma untuk dapat mereka terima.”
“Tapi Ra....”
“Udah, biar kamu dikit tenang. Aku anterin kamu ambil air wudhu yuk”, ajak Fahira yang dibalas anggukan oleh Cinta.
Cinta dan Fahira meninggalkan kelas yang sedang hiruk pikuk itu tanpa seorangpun diantara mereka yang menghiraukan kepergian Cinta dan Fahira dan mengapa air mata Cinta bisa bercucuran sedemikian derasnya.
***
Setelah mengambil wudhu,”Nah... Sekarang kamu jangan pernah sedih lagi. Kalau mereka buat kamu nagis, kamu harus kuat dan tunjukin sama mereka, kalau mereka udah rugi banget gak pernah kenal lebih deket sama kamu.”
Kata-kata Fahira sangat menenangkan perasaan Cinta yang saat itu benar-benar sangat kacau karena kehadirannya tidak diterima oleh teman sekelasnya.
“Kamu emank sahabat terbaik aku, Ra”, kata Cinta pada Fahira saat mereka berdua berjalan meninggalkan kamar mandi menuju kelas yang selama ini terasa kosong bagi Cinta. Tetunya Fahira juga menuju kelasnya, karena bel tanda pejaran akan segera dimulai sudah berbunyi dan guru-guru sudah bergerak menuju kelas yang akan mereka ajar.
***
Di kelas, Cinta hanya duduk sendiri di mejanya, karena teman-teman yang selama ini dianggapnya sahabat karib, tidak pernah mengerti dan peduli pada perasaan Cinta yang telah mereka sakiti.
“Hay Cin... dari mana aja?” sapa Faula yang seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi dan mengapa Cinta sampai menangis.
“Aku dari WC Fau,, abis ambil wudhu.”
“Emank lo belum sholat subuh ya Cin? Pantesan aja muka lo kusut banget”, kata Runi salah satu dari sahabat Faula.
“Udah de Run,, ntar lo bikin dia mewek lagi. Ntar dia ngadu lagi sama kepsek ‘Pak, saya di jahili sama Faula, Runi dan Yusey’. Kan gak etis banget kita-kita dipanggil sama kepsek cuma gara-gara dia”, kata Yusey di iringi tawa oleh Faula dan Runi.
“Aku mau pindah tempat duduk Fau. Aku mau ganti suasana, lagi pula di sini dingin dan kalian tau aku alergi dingin.”
Oh.. Ya udah, terserah lo aja deh.. Ups.. maksud  aku,, terserah kamu aja deh, toh semua suka-suka kamu”, kata Yusey dengan tatapan sinisnya yang tak pernah berubah.
Lalu Cinta pendah ke sudut kelas tanpa seorangpun diantara Faula, Runi, dan Yusey yang sudah dianggapnya sebagai saudara, melarangnya pindah tempat duduk. Padahal selama ini, Cinta sudah sangat baik dan melakukan apapun agar dapat diterima sebagai sahabat oleh Faula, Runi, dan Yusey. Gak aku sangka kalian semua gini sama aku, apa kurangnya aku sama kalian? Kata hati Cinta sambil berjalan ke sudut ruangan kelas yang masih hiruk pikuk.
“Siang semua..”
“Siang pak”, jawab kami serempak.
“Kalian tahu, kita kedatangan murid pindahan dari SMA Pertiwi Semarang. Nah nak, silahkan masuk dan perkenalkan dirimu", kata pak guru menpersilahkan murid baru tersebut masuk kelas.
Sesaat seisi kelas menjadi hening mendengarkan suara langkah kaki seorang cowok yang sangat tampan. Mata kaum hawa di kelas semuanya melotot mengagumi ketampanan cowok itu, kecuali Cinta yang sama sekali tidak tertarik dengan hal tersebut.
“Halo semua.. Nama aku Miura, kalian semua bisa manggil aku ‘Miu’ aja. Aku pindahan dari SMA Pertiwi Surabaya. Tapi orang tua aku asli sini kok. Mohon bantuannya ya.”
"Hay Miura", kata para cewek di kelas Cinta genit.
“Nah Miura, kamu duduk di sana”, kata pak guru sambil menunjuk ke arah bangku sebelah Faula.
Miura sibuk melihat dimana dia akan duduk, sampai Miura dan Cinta saling bertatapan. Tapi Cinta lansung mengalihkan pandangannya ke tempat lain yang membuat Miura tersenyum. “ Kalau boleh saya ingin duduk di sana pak”, kata Miura sambil menunjuk ke tempat di samping Cinta.
“Ya sudah.. Kamu duduk di sana dan Cinta kamu bantu Miura ya. Bapak harap kalian bisa saling bekerja sama.”
“Ya, pak”, kata Cinta dan Miura berbarengan yang disambut tatapan heran seisi kelas.
“Hay Cinta, tolong bantu aku ya. Ntar bolehkan aku pinjem catatan kamu?” kata Miura manis pada Cinta.
“Insyaallah..”
***

“Teng...Teng...teng...”, suara bel istirahat berbunyi membuat senang hati para murid di setiap kelas, terutama di kelas Cinta. Cinta sudh dapat menebak apa yang akan dilakukan para kaum hawa di kelasnya. Mereka akan mengerumuni meja Cinta, tapi bukan untuk mengerumuni Cinta melainkan mengerubungi seorang cowok ganteng yang semeja dengan Cinta. Sebelum hal itu terjadi dan Cinta tereseret arus masa yang ingin lebih mengenal Miura, Cinta sudah mengambil ancang-ancang keluar kelas .
“Cinta.. Kam mau kemana?” tanya Miura sambil memegang pergelangan tangan Cinta.
“Mau kluar, kan udah istirahat. Lagi pula disini panas”, kata Cinta sambil melepaskan genggaman tangan Miura dan segera keluar ruangan kelas. Saat Miura berdiri ingin mengejar Cinta, spontan semua cewek di kelasnya menyerbu Miura dengan bermacam pertanyaan yang memaksa Miura menjawab satu persatu pertanyaan teman-temannnya.
***
“Hay Ra....”, sapa Cinta pada Fahira yang sedang asik memperhatikan salah seorang anggota tim basket yang sedang peform. Cinta tau betul siapa yang sedang diperhatikan sahabatnya itu. Cowok itu tak lain dan tak bukan adalah Aldi,cowok yang selama ini menjadi tambatan hati Fahira.
“Duh... Yang lagi meratiin cowoknya”, goda Cinta.
“Biasa aja kan, kan yang aku pratiin juga cowok aku ndiri.”
“Iya deh buk....”
“Eh,,, Katanya ada anak baru ya di kelas kamu, Cin? Ganteng gak?”
“Hust... Sadar, inget suami. Udah punya suami, masih aja ngelirik cowok lain.”
“Eh.... Lagi ngomongin apa sih? Kayaknya srius banget”, kata Aldi menghampiri dua sahabat itu.
“Nih...cewek kamu, Di. Kecentilan sama cowok lain”, kata Cinta judes.
“Nah lho... maksud aku nanya-nanya gitu, mana tau kan cocok sama kamu, Cin.”
“Alasan.”
“Enggak, mank gitu kok maksud aku.”
Aldi hanya bisa tersenyum menyaksikan tingkah dua sahabat yang ada di hadapannya sambil membelai lembut rambut Fahira.
“Cinta....”,teriak seseorang dari depan kelas Cinta yang membuat kaget Cinta, Fahira, dan Aldi.
“Hah.. ngapain sih tu anak dateng”,keluh Cinta.
“Siapa tuh? Fans ya?” goda Fahira
“Hay... Kok kamu ninggalin aku gitu aja sih tadi?” kata Miura sesampai di lapangan basket.
“Oiya... Kenalin ini Miura, murid baru di kelas aku. Miura, ini Fahira dan Aldi.
“Hay..”, sapa Miura.
“Oh.. Ini toh anak barunya, ganteng ya Cin....”, kata Fahira manggut-manggut. “Aduh...”, sikut Cinta ke perut Fahira.
“Ra... temenin aku beli minum dong, haus nih. Lagi pula disini kayaknya kita ganggu deh”, kata Aldi sambil ngebimbing Fahira menjauh dari tempat Cinta dan Miura.
“Aldi................”, teriak Cinta yang sebel di godain Aldi, yang hannya disambut ketawa ngakak oleh Fahira dan Aldi.
“Kok mereka ngakak gitu?” tanya Miura bingung.
“Tauk...”, kata Cinta sambil ninggalin Miura.
“Cin...”, kata Miura memegang pergelangan tangan Cinta. “Kamu marah sama aku?”
“Udah deh, ntar lagi bel tanda masuk bakal bunyi. Kalau gak bburu-buru masuk, ntar bisa kena hukum”, kata Cinta kembali melepaskan genggaman tangan Miura

Sehari sudah Cinta semeja dengan Miura, tapi entah mengapa Miura selalu mencoba untuk mengenal Cinta lebih dekat.

“Pagi Cinta”, sapa Miura saat Cinta baru memasuki ruang kelas yang kosong. Biasanya, kalau jam segini belum ada seorang pun yang datang, kecuali Cinta. Tapi, kenapa jam segini Miura datang dan lebih pagi dari pada Cinta?

“Mau buka sekolah? Pagi banget.”
“Iya, aku kan mau bukain sekolah buat kamu Cin, sakalian nungguin kamu”, kata Miura jahil.
“Oh... Awas, aku mau masuk.”
“Silahkan tuan putri”, kata Miura sambil berdiri. “Eh.. Cinta, boleh nanya gak?”
“Pa an?”
“Cinta”, panggil Faula yang membuat pertanyaan Miura menggantung.
“Ya?”
“Boleh ngmong bentar gak?” pinta Faula.
“Ya udah”, kata Cinta mengikuti Faula keluar kelas.
“Cin... Kamu tau kan banyak banget yang pengen duduk sama Miura. Aku tahu kok, kamu gak mau ikut-ikutan kena masalah karena deket sama Muira. Makanya aku mau bicara sama kamu sebagai sahabat. Kamu mau tukaran duduk gak sama aku? Kamu jangan mikir yang macem-macem, ini murni karena aku pengen slametin sahabat aku yaitu kamu Cinta.
Hah.... itu kan cuma akal-akalan kamu aja. Bilang aja terus-terang kalau kamu emang pengen deket sama Miura, kata Cinta dalam hati. “Ya udah”, kata Cinta masuk kelas dan menyandang tasnya kembali.
“Mau kemana Cin?” tanya Miura saat Cinta menyandang tasnya.
“Pindah ke sana”, kata Cinta singkat.
“Tapi itu kan bangkunya Faula.”
“Emang.”
“Tapi...”, kata Miura kembali memegang tangan Cinta.
“Miura,, Cinta itu pindah karna matanya agak sakit. Jadi mulai hari ini temen semeja kamu itu aku”, kata Faula semangat sambil melepaskan tangan Miura dari Cinta.

 we continued this story 
***
“Teng...teng..teng”, bunyi bel tanda masuk kelas.
“Pagi anak-anak”, kata Wali kelas Cinta. “Lho Cinta , kok kamu duduknya di depan? Bukannya kemarin kamu duduk di belakang sama Miura?”
“Emmm..”
Belum sempat Cinta menjawab Faula langsung angkat bicara,”Em... Anu pak, tadi pagi Cinta minta sama saya change sama dia pak. Katanya sih matanya ada masalah pak. Padahal ya pak, saya yakin Cinta itu minder duduk sama cowok ganteng pak”, kata Faula yang di iringi sorakan teman-teman sekelas Cinta. Cinta hanya bisa pasrah dan geleng-geleng kepala menerima ledekan teman-temannya.
“Sudah...Sudah.. Buka buku pelajaran kalian”, kata walikelas Cinta menenangkan kelas.
“Emank bener ya Cin? Ikh... kalau gue jadi lo ya Cin, walau minder gue bakal tetep duduk di samping cowok terganteng di kelas. Apalagi kalau bisa deket saman dia, wadu....”, kata Runi centil pada Cinta yang membuat Yusey menjitaknya.
“Kalau mau gaya and kecentilan diluar sana d pojokan jalan sana jangan di sini. Dasar kecencilan, tukang ngayal rakus, udah punya cowok masih aja genit sama cowok lain”, kata Yusey ketus.
“Enak banget lo bilangin gue gitu, kayak lo suci aja. Mau ngajak brantem?” tantang Runi.
“Stop... Bisa gak sih gak ribut, kita sekarang tu lagi di kelas”, kata Cinta yang membuat seisi kelas meliriknya.
“Yusey, Cinta, Runi, ada apa kalian ribut-ruibut di kelas saya? Kalau kalian mau bertengkar dan jamak-jambakan, saya persilahkan keluar sekarang juga.”
“Ini pak, Cinta. Masak dia ngajak kami berdua musuhin Faula, katanya dia gak terima dibilangin gitu sama Faula”, dusta Yusey.
“Bukan pak, bukan gitu critanya pak”, kata Cinta membeladiri.
“Bener pak, apa yang di bilang sama Yusey”, kata Runi membela Yusey.
“Cinta, sekarang juga kamu keluar dari ruang kelas ini. Nanti jam istirahat temui saya di kantor.”
“Tapi pak....”
“Keluar saya bilang, atau kamu mau saya yang keluar?”
“Keluar aja deh Cin, kami mau blajar ni”, kata teman-teman sekelas Cinta.
Akhirnya dengan berat hati, Cinta menuruti apa yang dikatakan wali kelasnya untuk keluar kelas. Sementara itu, di kelas Miura tiba-tiba mengeluh sakit perut.
“Aduh....”, rintih Miura.
“Kamu napa Miu?” tanya Faula panik karena cowok incarannya mengeluh sakit sambil memegangi perutnya. “Pak Miura sakit pak.”
“Kamu kenapa Miura?”
“Gak tau ni pak, kayaknya saya sakit deh pak. Boleh saya izin ke UKS gak pak, sakit banget ni pak?”
“Ya sudah, kamu istirahat di UKS gih sana.”
“Makasih pak”, kata Miura dengan perasaan gembira.
“Aku anterin kamu ya, Miu”, tawar Faula.
“Gak usah, kamu kan tadi katanya mau blajar. Misi ya pak”, kata Miura meninggalkan ruang kelas.
***
“Dari tadi kliling-kliling nyari Cinta kok gak kliatan ya? Cinta, kamu dimana sih?” kata Miura ngoceh sambil clingak-clinguk mencari keberadaan Cinta.
“Miura”, panggil seseorang dari ujung koridor.
“Eh... kamu sahabat Cinta kan?” kata Miura saat orang yang memanggilnya sudah dekat. “Kamu tau gak, dimana kira-kira Cinta sekarang?”
“Bukannya Cinta lagi di kelas blajar?”
“Gak, tadi dia diusir sama guru yang ngajar.”
“Lho kok bisa? Padahal kan Cinta itu orang yang gak suka bikin keributan di sekolah, apa lagi dalam blajar.”
“Jadi gini critanya”,  kata Miura sambil menceritakan kejadian di kelas barusan.
“Kok gak brenti ya, mereka nyusahin dan buat Cinta sedih? Oia,,, kalau kamu pengen nyari Cinta, mungkin dia lagi di perpus”, kata Fahira memberi saran keberadaan Cinta.
Ok,, makasih ya Ra”, kata Miura sambil melesat menginggalkan Fahira.
“Tapi Miu....”, kata Fahira yang membuat Miura menghentikan langkahnya.
“Ya??”
“Titip Cinta ya... Jangan pernah nyakitin dia, hatinya dah terlalu seirng disakiti”
“Aman... Serahin Cinta sama aku. Aku gak bakal nyakitin dia kok,, malah aku bakal ngelindungi dia dari apapun dan siapapun yang berniat nyakitin dia. Kamu gak perlu khawatir lagi sekarang.”
“Thanks.”
“Sama-sama... Aku pergi nyari Cinta dulu ya”, kata Miura meninggalkan Fahira.
“Cinta... Kamu beruntung Cin, ada cowok yang bener-bener sayang dan mratiin kamu dengan tulus”, kata Fahira melihat Miura yang berlari ke arah perpustakaan.


***
Di perpustakaan, Cinta duduk di sudut ruangan dengan hamparan buku di depannya. Cinta hanya bisa membaca semua buku tersebut dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
“Cin...”, sapa suara lembut dari belakanya yang membuat Cinta secepat mungkin menghapus air matanya.
“Ngapain kamu ke sini, diusir juga?”
“”Lho, kok kamu ngomongnya gitu? Aku dari tadi nyariin kamu sampai kemari, karna aku khawatir sama kamu. Kamu nagis Cin?” tannya Miura saat mendengar suara Cinta yang parau.
“Sok tau, ngapain juga aku nagis”, kata Cinta bohong.
“Itu buktinya buku yang abis kamu baca basahnya kayak ada air yang netes”, kata Miura sambil menunjuk buku di atas meja. “Gak mungkinkan atap perpus ini bocor terus air ujannya netes pas di buku yang kamu baca, lagi pula kan sekarang cerah banget, dan yang gak mungkin lagi kamu baca sambil ences kamu netes”, canda Miura.
“Udah deh”, kata Cinta sambil berdiri menjauh dari Miura.
“Cinta... kenapa sih kamu kayak gini?” kata Miura setengah berteriak pada Cinta.
“Kamu....”
Eh.. kalian, bisa tenang gak? Di sini perpustakaan, untuk baca, bukan untuk berisik apa lagi buat brantem”, kata guru perpustakaan.
“Maafin kami buk”, kata Miura pada guru perpustakaan sementara Cinta berlalu keluar perpustakaan tanpa menoleh ataupun bicara pada Miura. Setelah Miura mohon ijin pada guru perpustakaan, Miura langsung mengejar dan menarik Cinta ke taman belakang.
“Kamu ngapain sih, narik-narik aku? Kamu mau ajak aku kemana?” kata Cinta meronta-ronta melepaskan genggaman tangan Miura.
“Udah deh, kamu diam aja. Aku gak bakal ngelakuin hal yang macam-macam kok sama kamu, aku Cuma pengen ngomong sama kamu”, kata Miura yang membuat Cinta berhenti meronta dan menurut.
Saat sampai di taman belakang, Miura belum melepaskan tangan Cinta. Miura akhirnya melepaskan tangan Cinta saat mereka sampai dekat sebuah bangku yang Miura nyaman untuk mereka ngomong.
“Kita ngapain sih kemari? Aku mau bali”, kata Cinta balik badan hendak pergi dari sana.
“Kan udah aku bilang, aku mau ngomong sama kamu”, kata Miura sambil memegangi pergelangan tangan Cinta.
“Lepasin”, kata Cinta kembali meronta.
“Ok.. Aku lepasin, tapi please dengerin aku”, kata Miura mengalah pada Cinta.
“Ya udah.. Mau ngomong apa?” kata Cinta akhirnya sambil duduk di sebelah Miura.
“Napa sih, sejak aku masuk kelas kalian, aku liat kok kamu di cuekin dan cenderung jadi bahan olok-olokan mereka tapi kenapa kamu cuma bisa diam Cin, waktu mereka fitnah kamu?”
“Bukan urusan kamu”, kata Cinta kembali berdiri hendak pergi.
“Aku cuma butuh jawaban kamu, gak lebih”, kata Miura kembali setengah berteriak.
Ok.. Aku cuma mau masa SMA aku tenang dan gak mau cari ribut sama mereka.”


***
‘Duh... Kok Miura lama banget sih d UKS-nya, apa jangan-jangan sakitnya parah? Aku harus cek keadaannya Miura, mana tau kalau aku perhatian sama dia, hatinya luluh sama aku,, wah....’ kata Faula dalam hati. “Hhhmm.. Pak. Permisi pak?”
“Kamu mau kemana Faula?”
“Mmm,,, anu pak. Kepala saya pusing pak, sepertinya masuk angin. Boleh saya izin ke UKS, pak?”
“Ya sudah...”
“Makasih pak”, kata Faula keluar kelas dengan sedikit akting.
Sesampainya di depan pintu UKS, Faula merapikan pakaiannya. “Miura, kamu di dalam?” kata Faula sambil membuka pintu UKS. Saat Faula masuk dan memeriksa tiap ruangan di UKS, ia tak menemukan keberadaan Miura. “Kok Miura gak ada ya?” kata Faula kebingungan sendiri mencari Miura di UKS.
‘Jangan-jangan dia lagi sama si Cinta lagi.. ikh.. Napa sih tu cewek jadi penghalang gue buat dapetin si Miura’, kata Miura dalam hati sambil keluar UKS mencari keberadaan Miura dan Cinta. “Huft.. Mereka dimana sih? Udah di cari kemana-mana gak ketemu, dimana lagi coba gue harus nyari mereka?” kata Faula menyedot minuman yang dibelinya di kantin.
“Eh.. Ngapain lo di sini, bukannya tadi lo izin sakit ke UKS, kan ?” kata Runi dari belakang Faula.
“Kalian itu bisa gak sih, gak ngagetin gue?”
“Sorry..Sorry”, sesal Runi.
“Jadi ngapai lo berkeliaran kayak gini? Lo malas belajar, pake izin sakit segala”, kata Yusey dengan gayanya.
“Enak aja lo, gue lagi nyari si Miura nih.”
“Nah,, bukannya dia tadi izin k UKS?” celetuk Runi dengan cara ngomong khasnya.
“Ia, tapi tadi gw liat k UKS dianya gak ada.”
“Pasti lagi sama Cinta”, kata Yusey.
Terus lo pikir gw lalu lalang gini, ngapain kalau bukan nyari mereka. Eh, lo berdua bantuin gw dong nyariin mereka.”
“Ok”, seru Yusey dan Runi.
“Kalau kalian liat mereka langsung kabarin gw. Kita mencar sekarang”, kata Faula memberi
aba-aba.
***
“Kalau kamu gak ngelawan mereka, mereka akan semakin nginjek-injek kamu, Cinta”, suara Miura serius.
“Itu urusan aku sama mereka, bukan urusan kamu.”
“Cinta, kamu kok cuek gitu sih sama keadaan kamu sendiri? Kamu itu pinter, baik dan...”
“Dan?”
“Dan menurut aku kamu itu cantik”,kata Miura dengan susah payah.
“Cantik?”
“Maksud aku..”
“Miura”, terdengan suara dari blakang mereka memangil Miura.
‘Duh,, slamet..slamet’, kata Miura dalam hati.
Ternyata suara yang memangil tadi adalah suara Faula, “Aku khawatir banget tau sama kamu tadi. Aku cari kamu ke UKS. Eh, ternyata kamu di sini sama...” Kata Faula terhenti penuh kebencian memandang Cinta. “sama Cinta. Ya udah yuk, kita kekelas lagi”, kata Faula dengan manja sambil menggandeng tangan Miura pergi dari sana.
Ternyata saat mencari Miura dan Cinta, Runi melihat mereka berdua dan sesuai dengan aba-aba Faula sebelum mereka berpencar. Runi lalu mengabari Faula keberadaan Miura dan Cinta. Seperti yang bisa ditebak, tanpa pikir panjang Faula langsung menuju tempat yang Runi maksud.
“Terus, Cinta gimana?” tanya Miura pada Faula sambil menatap Cinta.
“Cinta bakal balik sama Yusey dan Runi, Miu. Kamu tenang aja, ya kan?” kata Faula penuh arti pada Yusey dan Runi.
“Gak usah repot-repot, aku bisa balik sendiri.”
“Eh, gak apa-apa kok, kamu gak repotin kami”, kata Faula mencegah kepergian Cinta. “Lagi pula kita kan sahabatkan?”
“Ya udah, kalian duluan aja. Kami ntar nyusul”, kata Yusey sambil mendorong Miura dan Faula bersama Runi.
“Tapi...”
“Udah, ayo. Kita udah telat nih masuk kelasnya”, kata Faula sambil menarik Miura pergi.
Saat Miura menuruti kata-kata Faula kembali ke kelas, Faula melirik ke belakang ke arah Yusey dan Runi sambil memberi isyarat memulai rencana mereka.
“Nah Cinta yang cantik, saatnya kita senang-senang”, kata Yusey.
“Kalian mau ngapai?” Kata Cinta sambil berjalan mundur.
“Tenang aja deh lo, gak bakal parah kok dan gak bakal sesakit hati temen kita yang udah lo lukain”, kata Runi.
“Emang aku apain Faula?”
“Masih pura-pura bego lo ya? Lo itu udah ngerayu inceran temen kita, sekarang lo harus rasain aja apa yang bakal kami lakuin. Akibat kebodohan lo ndiri”, kata Yusey sambil tersenyum sinis.

I'm sorry,, i continue this story so long n so short...
I have some thing to do..
still follow this story n i hope u Enjoy read this

To be continued
we will continued this story...
InsyaAllah..
so don't miss it...

31 comments:

Anonymous said...

kegagalan merupakan pendorong yang sangat membantu kita untuk maju lebih kedepan ..bukan kebelakang ... i lkie your story ...

jempol's..

Fitrah Rahmi Putri said...

heheheh...

tq muslim...

Fitrah Rahmi Putri said...
This comment has been removed by the author.
Fitrah Rahmi Putri said...

iyah

Anonymous said...

mantap !
mana lanjutannya ?

vino disco said...

udah bisa...
:D

vino disco said...
This comment has been removed by the author.
Fitrah Rahmi Putri said...

@anonim...
tunggu...
sabar...
ikuti terus ya...
ntr ada lanjutannya...

sip???



@bg Vino
t kan bsa bg,, abg c gak percaya...

Rendika Perlyanza said...

liat liat dulu aja lah :)

Fitrah Rahmi Putri said...

ok

vino disco said...

wah,,background nya bikin tulisannya gk kelihatan nih Fit...
jadi penasaran nih ma cerita nya...
:D

Fitrah Rahmi Putri said...

udah ftrh ubah warna tulisannya bg

angga AMORA said...

asik

Bang Oi said...

complicated banget ceritanya.

Fitrah Rahmi Putri said...

tq angga ....

Fitrah Rahmi Putri said...

ya gitu deh bang Oi...

kardiyus said...

di tunggu y kelanjutanya

Fitrah Rahmi Putri said...

sip..

aman t @kardius..

insyaAllah secepatnya d lanjut'n

Unknown said...

ceritanya bagus, tapi aku kasih sedikit kritik dan saran gpp ya, kita sama2 belajar, ehm, dalam penulisan dialog (“Cin... Kamu napa, kok nagis?”,)
seharusnya ga ada koma disitu jadi cuma " Cin.. Kamu napa, kok nangis?")

setelah (?),(!) ga boleh ada titik (.)koma(,), cara penulisanmu sama kayak aku dulu, hehe

trus dibagian (“Cin...”, kata Miura memegang pergelangan tangan Cinta. “Kamu marah sama aku?”
“Udah deh, ntar lagi bel tanda masuk bakal bunyi. Kalau gak bburu-buru masuk, ntar bisa kena hukum”, kata Cinta kembali melepaskan genggaman tangan Miura" ) aku ga bisa bedain mana cinta n miura, lagian knp miura tiba-tiba tanya marah? perkenalannya terlalu singkat untuk itu. itu seharusnya adegan teman dekat (TTM) yang kenal lama.

maaf ya kalo banyak komentar n maaf juga jika aku salah. oke good luck, n aku tunggu cerita selanjutnya. jangan lupa mampir ke blogku thx.

NB: templatenya bikin tulisan ga enak dibaca, dan ukuran dan ketebalan font juga mempengaruhi :)

Fitrah Rahmi Putri said...

tq kak,,,

bakal d perbaaiki,,,,

terima kasih atas kunjungannya

hikmah said...

nice story ...
q tunggu kelanjutannya...
:D

Fitrah Rahmi Putri said...

tq imah..

abiz ujian yak ftrah lanjutin...

Juju Onyols - Sikonyols said...

hiks...hiks...
complicated -____-

Fitrah Rahmi Putri said...

ho'oh juk.. gmn yak akhirnya,,
:D

Unknown said...

wow,panjang benar ceritanya gk sempat baca hheheh
entar dikelas ceritaiin aja ia :)

Fitrah Rahmi Putri said...

wwkwkwk,, lw d crita'n jd gak asik dund Ian..

bgs lw ada wktu baca yak..
:D

coba-coba komputer(Ahmad Z@ki) said...

wah,,kisah di sinetron mirip kisah ini,,
ajib dah,,

Fitrah Rahmi Putri said...

beda o zaki,, crito yg dsko murni imajinasi ftrh..

:D

afrial said...

background nyo Fit,tulisannyo jadi kurang jaleh, ganti warna tulisan atau ganti warna background atau gadang ukuran fontnyo ...
good Story, I love it ....

Fitrah Rahmi Putri said...

thanks om..

:D

hakamvalder said...

How to withdraw money at the casino - jtmhub.com
Deposits and 전주 출장샵 Withdrawals via Wire Transfer. Neteller, 동두천 출장샵 Skrill, MasterCard, 경상북도 출장안마 Visa/MasterCard, Neteller, NETELLER, 여주 출장샵 Mastercard, Skrill, 광명 출장샵 PayPal, Skrill

Post a Comment