D
|
i sudut kelas yang berisik, seorang gadis bernama Cinta duduk sambil menangisi nasipnya yang ia pikir sangat tidak menyenangkan.
“Hiks...hiks... Napa sih, nasip aku kayak gini? Dari SMP selalu jelek. Kapan nasip aku bisa lebih baik dari ini?”
Cinta menangisi nasipnya tanpa ada seorang pun teman di kelasnya yang prihatin atau mencemaskannya. Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing tanpa memikirkan perasaan seorang teman yang sudah dengan susah payah berusaha untuk jadi lebih baik dari hari ke hari agar diterima di kelas itu. Tapi sekeras apapun Cinta berusaha, dia tetap tidak diterima di kelas itu.
“Cin... Kamu napa, kok nagis?” tanya sabahat Cinta dari kelas lain yang menghampiri Cinta.
“Ra... Napa nasip aku gini? Napa gak ada seorang pun di kelas ini yang bisa nerima aku apa adanya? Napa mereka selalu liat kekurangan aku? Napa Ra,, napa?” tanya Cinta pada Fahira disela tangis di pelukan sahabatnya itu.
“Cin... Kamu harus berusa berdiri sendiri tanpa mereka. Kamu gak harus bikin diri kamu sakit dan tersakiti cuma untuk dapat mereka terima.”
“Tapi Ra....”
“Udah, biar kamu dikit tenang. Aku anterin kamu ambil air wudhu yuk”, ajak Fahira yang dibalas anggukan oleh Cinta.
Cinta dan Fahira meninggalkan kelas yang sedang hiruk pikuk itu tanpa seorangpun diantara mereka yang menghiraukan kepergian Cinta dan Fahira dan mengapa air mata Cinta bisa bercucuran sedemikian derasnya.
***
Setelah mengambil wudhu,”Nah... Sekarang kamu jangan pernah sedih lagi. Kalau mereka buat kamu nagis, kamu harus kuat dan tunjukin sama mereka, kalau mereka udah rugi banget gak pernah kenal lebih deket sama kamu.”
Kata-kata Fahira sangat menenangkan perasaan Cinta yang saat itu benar-benar sangat kacau karena kehadirannya tidak diterima oleh teman sekelasnya.
“Kamu emank sahabat terbaik aku, Ra”, kata Cinta pada Fahira saat mereka berdua berjalan meninggalkan kamar mandi menuju kelas yang selama ini terasa kosong bagi Cinta. Tetunya Fahira juga menuju kelasnya, karena bel tanda pejaran akan segera dimulai sudah berbunyi dan guru-guru sudah bergerak menuju kelas yang akan mereka ajar.
***
Di kelas, Cinta hanya duduk sendiri di mejanya, karena teman-teman yang selama ini dianggapnya sahabat karib, tidak pernah mengerti dan peduli pada perasaan Cinta yang telah mereka sakiti.
“Hay Cin... dari mana aja?” sapa Faula yang seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi dan mengapa Cinta sampai menangis.
“Aku dari WC Fau,, abis ambil wudhu.”
“Emank lo belum sholat subuh ya Cin? Pantesan aja muka lo kusut banget”, kata Runi salah satu dari sahabat Faula.
“Udah de Run,, ntar lo bikin dia mewek lagi. Ntar dia ngadu lagi sama kepsek ‘Pak, saya di jahili sama Faula, Runi dan Yusey’. Kan gak etis banget kita-kita dipanggil sama kepsek cuma gara-gara dia”, kata Yusey di iringi tawa oleh Faula dan Runi.
“Aku mau pindah tempat duduk Fau. Aku mau ganti suasana, lagi pula di sini dingin dan kalian tau aku alergi dingin.”
Oh.. Ya udah, terserah lo aja deh.. Ups.. maksud aku,, terserah kamu aja deh, toh semua suka-suka kamu”, kata Yusey dengan tatapan sinisnya yang tak pernah berubah.
Lalu Cinta pendah ke sudut kelas tanpa seorangpun diantara Faula, Runi, dan Yusey yang sudah dianggapnya sebagai saudara, melarangnya pindah tempat duduk. Padahal selama ini, Cinta sudah sangat baik dan melakukan apapun agar dapat diterima sebagai sahabat oleh Faula, Runi, dan Yusey. Gak aku sangka kalian semua gini sama aku, apa kurangnya aku sama kalian? Kata hati Cinta sambil berjalan ke sudut ruangan kelas yang masih hiruk pikuk.
“Siang semua..”
“Siang pak”, jawab kami serempak.
“Kalian tahu, kita kedatangan murid pindahan dari SMA Pertiwi Semarang. Nah nak, silahkan masuk dan perkenalkan dirimu", kata pak guru menpersilahkan murid baru tersebut masuk kelas.
Sesaat seisi kelas menjadi hening mendengarkan suara langkah kaki seorang cowok yang sangat tampan. Mata kaum hawa di kelas semuanya melotot mengagumi ketampanan cowok itu, kecuali Cinta yang sama sekali tidak tertarik dengan hal tersebut.
“Halo semua.. Nama aku Miura, kalian semua bisa manggil aku ‘Miu’ aja. Aku pindahan dari SMA Pertiwi Surabaya. Tapi orang tua aku asli sini kok. Mohon bantuannya ya.”
"Hay Miura", kata para cewek di kelas Cinta genit.
"Hay Miura", kata para cewek di kelas Cinta genit.
“Nah Miura, kamu duduk di sana”, kata pak guru sambil menunjuk ke arah bangku sebelah Faula.
Miura sibuk melihat dimana dia akan duduk, sampai Miura dan Cinta saling bertatapan. Tapi Cinta lansung mengalihkan pandangannya ke tempat lain yang membuat Miura tersenyum. “ Kalau boleh saya ingin duduk di sana pak”, kata Miura sambil menunjuk ke tempat di samping Cinta.
“Ya sudah.. Kamu duduk di sana dan Cinta kamu bantu Miura ya. Bapak harap kalian bisa saling bekerja sama.”
“Ya, pak”, kata Cinta dan Miura berbarengan yang disambut tatapan heran seisi kelas.
“Hay Cinta, tolong bantu aku ya. Ntar bolehkan aku pinjem catatan kamu?” kata Miura manis pada Cinta.
“Insyaallah..”
we continued this story
***
“Teng...Teng...teng...”,
suara bel istirahat berbunyi membuat senang hati para murid di setiap kelas,
terutama di kelas Cinta. Cinta sudh dapat menebak apa yang akan dilakukan para
kaum hawa di kelasnya. Mereka akan mengerumuni meja Cinta, tapi bukan untuk
mengerumuni Cinta melainkan mengerubungi seorang cowok ganteng yang semeja
dengan Cinta. Sebelum hal itu terjadi dan Cinta tereseret arus masa yang ingin
lebih mengenal Miura, Cinta sudah mengambil ancang-ancang keluar kelas .
“Cinta.. Kam
mau kemana?” tanya Miura sambil memegang pergelangan tangan Cinta.
“Mau kluar,
kan udah istirahat. Lagi pula disini panas”, kata Cinta sambil melepaskan
genggaman tangan Miura dan segera keluar ruangan kelas. Saat Miura berdiri
ingin mengejar Cinta, spontan semua cewek di kelasnya menyerbu Miura dengan
bermacam pertanyaan yang memaksa Miura menjawab satu persatu pertanyaan
teman-temannnya.
***
“Hay Ra....”,
sapa Cinta pada Fahira yang sedang asik memperhatikan salah seorang anggota tim
basket yang sedang peform. Cinta tau betul siapa yang sedang diperhatikan
sahabatnya itu. Cowok itu tak lain dan tak bukan adalah Aldi,cowok yang selama
ini menjadi tambatan hati Fahira.
“Duh... Yang
lagi meratiin cowoknya”, goda Cinta.
“Biasa aja
kan, kan yang aku pratiin juga cowok aku ndiri.”
“Iya deh
buk....”
“Eh,,,
Katanya ada anak baru ya di kelas kamu, Cin? Ganteng gak?”
“Hust...
Sadar, inget suami. Udah punya suami, masih aja ngelirik cowok lain.”
“Eh.... Lagi
ngomongin apa sih? Kayaknya srius banget”, kata Aldi menghampiri dua sahabat
itu.
“Nih...cewek
kamu, Di. Kecentilan sama cowok lain”, kata Cinta judes.
“Nah lho...
maksud aku nanya-nanya gitu, mana tau kan cocok sama kamu, Cin.”
“Alasan.”
“Enggak, mank
gitu kok maksud aku.”
Aldi hanya
bisa tersenyum menyaksikan tingkah dua sahabat yang ada di hadapannya sambil
membelai lembut rambut Fahira.
“Cinta....”,teriak
seseorang dari depan kelas Cinta yang membuat kaget Cinta, Fahira, dan Aldi.
“Hah..
ngapain sih tu anak dateng”,keluh Cinta.
“Siapa tuh?
Fans ya?” goda Fahira
“Hay... Kok
kamu ninggalin aku gitu aja sih tadi?” kata Miura sesampai di lapangan basket.
“Oiya...
Kenalin ini Miura, murid baru di kelas aku. Miura, ini Fahira dan Aldi.
“Hay..”, sapa
Miura.
“Oh.. Ini toh
anak barunya, ganteng ya Cin....”, kata Fahira manggut-manggut. “Aduh...”,
sikut Cinta ke perut Fahira.
“Ra... temenin
aku beli minum dong, haus nih. Lagi pula disini kayaknya kita ganggu deh”, kata
Aldi sambil ngebimbing Fahira menjauh dari tempat Cinta dan Miura.
“Aldi................”,
teriak Cinta yang sebel di godain Aldi, yang hannya disambut ketawa ngakak oleh
Fahira dan Aldi.
“Kok mereka
ngakak gitu?” tanya Miura bingung.
“Tauk...”,
kata Cinta sambil ninggalin Miura.
“Cin...”,
kata Miura memegang pergelangan tangan Cinta. “Kamu marah sama aku?”
“Udah deh, ntar lagi bel tanda masuk bakal bunyi. Kalau gak bburu-buru masuk, ntar bisa kena hukum”, kata Cinta kembali melepaskan genggaman tangan Miura
“Udah deh, ntar lagi bel tanda masuk bakal bunyi. Kalau gak bburu-buru masuk, ntar bisa kena hukum”, kata Cinta kembali melepaskan genggaman tangan Miura
Sehari sudah
Cinta semeja dengan Miura, tapi entah mengapa Miura selalu mencoba untuk
mengenal Cinta lebih dekat.
“Pagi Cinta”,
sapa Miura saat Cinta baru memasuki ruang kelas yang kosong. Biasanya, kalau
jam segini belum ada seorang pun yang datang, kecuali Cinta. Tapi, kenapa jam
segini Miura datang dan lebih pagi dari pada Cinta?
“Mau buka
sekolah? Pagi banget.”
“Iya, aku kan
mau bukain sekolah buat kamu Cin, sakalian nungguin kamu”, kata Miura jahil.
“Oh... Awas,
aku mau masuk.”
“Silahkan
tuan putri”, kata Miura sambil berdiri. “Eh.. Cinta, boleh nanya gak?”
“Pa an?”
“Cinta”,
panggil Faula yang membuat pertanyaan Miura menggantung.
“Ya?”
“Boleh ngmong
bentar gak?” pinta Faula.
“Ya udah”,
kata Cinta mengikuti Faula keluar kelas.
“Cin... Kamu
tau kan banyak banget yang pengen duduk sama Miura. Aku tahu kok, kamu gak mau
ikut-ikutan kena masalah karena deket sama Muira. Makanya aku mau bicara sama
kamu sebagai sahabat. Kamu mau tukaran duduk gak sama aku? Kamu jangan mikir
yang macem-macem, ini murni karena aku pengen slametin sahabat aku yaitu kamu
Cinta.
Hah.... itu
kan cuma akal-akalan kamu aja. Bilang aja terus-terang kalau kamu emang pengen
deket sama Miura, kata Cinta dalam hati. “Ya udah”, kata Cinta masuk kelas dan
menyandang tasnya kembali.
“Mau kemana
Cin?” tanya Miura saat Cinta menyandang tasnya.
“Pindah ke sana”,
kata Cinta singkat.
“Tapi itu kan
bangkunya Faula.”
“Emang.”
“Tapi...”,
kata Miura kembali memegang tangan Cinta.
“Miura,,
Cinta itu pindah karna matanya agak sakit. Jadi mulai hari ini temen semeja
kamu itu aku”, kata Faula semangat sambil melepaskan tangan Miura dari Cinta.
we continued this story
***
“Teng...teng..teng”,
bunyi bel tanda masuk kelas.
“Pagi
anak-anak”, kata Wali kelas Cinta. “Lho Cinta , kok kamu duduknya di depan?
Bukannya kemarin kamu duduk di belakang sama Miura?”
“Emmm..”
Belum sempat
Cinta menjawab Faula langsung angkat bicara,”Em... Anu pak, tadi pagi Cinta
minta sama saya change sama dia pak. Katanya sih matanya ada masalah pak.
Padahal ya pak, saya yakin Cinta itu minder duduk sama cowok ganteng pak”, kata
Faula yang di iringi sorakan teman-teman sekelas Cinta. Cinta hanya bisa pasrah
dan geleng-geleng kepala menerima ledekan teman-temannya.
“Sudah...Sudah..
Buka buku pelajaran kalian”, kata walikelas Cinta menenangkan kelas.
“Emank bener
ya Cin? Ikh... kalau gue jadi lo ya Cin, walau minder gue bakal tetep duduk di
samping cowok terganteng di kelas. Apalagi kalau bisa deket saman dia,
wadu....”, kata Runi centil pada Cinta yang membuat Yusey menjitaknya.
“Kalau mau
gaya and kecentilan diluar sana d pojokan jalan sana jangan di sini. Dasar
kecencilan, tukang ngayal rakus, udah punya cowok masih aja genit sama cowok
lain”, kata Yusey ketus.
“Enak banget
lo bilangin gue gitu, kayak lo suci aja. Mau ngajak brantem?” tantang Runi.
“Stop... Bisa
gak sih gak ribut, kita sekarang tu lagi di kelas”, kata Cinta yang membuat
seisi kelas meliriknya.
“Yusey,
Cinta, Runi, ada apa kalian ribut-ruibut di kelas saya? Kalau kalian mau
bertengkar dan jamak-jambakan, saya persilahkan keluar sekarang juga.”
“Ini pak,
Cinta. Masak dia ngajak kami berdua musuhin Faula, katanya dia gak terima
dibilangin gitu sama Faula”, dusta Yusey.
“Bukan pak,
bukan gitu critanya pak”, kata Cinta membeladiri.
“Bener pak,
apa yang di bilang sama Yusey”, kata Runi membela Yusey.
“Cinta,
sekarang juga kamu keluar dari ruang kelas ini. Nanti jam istirahat temui saya
di kantor.”
“Tapi
pak....”
“Keluar saya
bilang, atau kamu mau saya yang keluar?”
“Keluar aja
deh Cin, kami mau blajar ni”, kata teman-teman sekelas Cinta.
Akhirnya
dengan berat hati, Cinta menuruti apa yang dikatakan wali kelasnya untuk keluar
kelas. Sementara itu, di kelas Miura tiba-tiba mengeluh sakit perut.
“Aduh....”,
rintih Miura.
“Kamu napa
Miu?” tanya Faula panik karena cowok incarannya mengeluh sakit sambil memegangi
perutnya. “Pak Miura sakit pak.”
“Kamu kenapa
Miura?”
“Gak tau ni
pak, kayaknya saya sakit deh pak. Boleh saya izin ke UKS gak pak, sakit banget
ni pak?”
“Ya sudah,
kamu istirahat di UKS gih sana.”
“Makasih
pak”, kata Miura dengan perasaan gembira.
“Aku anterin
kamu ya, Miu”, tawar Faula.
“Gak usah,
kamu kan tadi katanya mau blajar. Misi ya pak”, kata Miura meninggalkan ruang
kelas.
***
“Dari tadi
kliling-kliling nyari Cinta kok gak kliatan ya? Cinta, kamu dimana sih?” kata
Miura ngoceh sambil clingak-clinguk mencari keberadaan Cinta.
“Miura”,
panggil seseorang dari ujung koridor.
“Eh... kamu
sahabat Cinta kan?” kata Miura saat orang yang memanggilnya sudah dekat. “Kamu
tau gak, dimana kira-kira Cinta sekarang?”
“Bukannya
Cinta lagi di kelas blajar?”
“Gak, tadi
dia diusir sama guru yang ngajar.”
“Lho kok
bisa? Padahal kan Cinta itu orang yang gak suka bikin keributan di sekolah, apa
lagi dalam blajar.”
“Jadi gini critanya”, kata Miura sambil menceritakan kejadian di
kelas barusan.
“Kok gak
brenti ya, mereka nyusahin dan buat Cinta sedih? Oia,,, kalau kamu pengen nyari
Cinta, mungkin dia lagi di perpus”, kata Fahira memberi saran keberadaan Cinta.
Ok,, makasih
ya Ra”, kata Miura sambil melesat menginggalkan Fahira.
“Tapi
Miu....”, kata Fahira yang membuat Miura menghentikan langkahnya.
“Ya??”
“Titip Cinta
ya... Jangan pernah nyakitin dia, hatinya dah terlalu seirng disakiti”
“Aman...
Serahin Cinta sama aku. Aku gak bakal nyakitin dia kok,, malah aku bakal
ngelindungi dia dari apapun dan siapapun yang berniat nyakitin dia. Kamu gak
perlu khawatir lagi sekarang.”
“Thanks.”
“Sama-sama...
Aku pergi nyari Cinta dulu ya”, kata Miura meninggalkan Fahira.
“Cinta...
Kamu beruntung Cin, ada cowok yang bener-bener sayang dan mratiin kamu dengan
tulus”, kata Fahira melihat Miura yang berlari ke arah perpustakaan.
I'm sorry,, i continue this story so long n so short...
***
Di
perpustakaan, Cinta duduk di sudut ruangan dengan hamparan buku di depannya.
Cinta hanya bisa membaca semua buku tersebut dengan air mata yang terus
mengalir di pipinya.
“Cin...”,
sapa suara lembut dari belakanya yang membuat Cinta secepat mungkin menghapus
air matanya.
“Ngapain kamu
ke sini, diusir juga?”
“”Lho, kok
kamu ngomongnya gitu? Aku dari tadi nyariin kamu sampai kemari, karna aku khawatir
sama kamu. Kamu nagis Cin?” tannya Miura saat mendengar suara Cinta yang parau.
“Sok tau,
ngapain juga aku nagis”, kata Cinta bohong.
“Itu buktinya
buku yang abis kamu baca basahnya kayak ada air yang netes”, kata Miura sambil
menunjuk buku di atas meja. “Gak mungkinkan atap perpus ini bocor terus air
ujannya netes pas di buku yang kamu baca, lagi pula kan sekarang cerah banget,
dan yang gak mungkin lagi kamu baca sambil ences kamu netes”, canda Miura.
“Udah deh”,
kata Cinta sambil berdiri menjauh dari Miura.
“Cinta...
kenapa sih kamu kayak gini?” kata Miura setengah berteriak pada Cinta.
“Kamu....”
Eh.. kalian,
bisa tenang gak? Di sini perpustakaan, untuk baca, bukan untuk berisik apa lagi
buat brantem”, kata guru perpustakaan.
“Maafin kami
buk”, kata Miura pada guru perpustakaan sementara Cinta berlalu keluar
perpustakaan tanpa menoleh ataupun bicara pada Miura. Setelah Miura mohon ijin
pada guru perpustakaan, Miura langsung mengejar dan menarik Cinta ke taman
belakang.
“Kamu ngapain
sih, narik-narik aku? Kamu mau ajak aku kemana?” kata Cinta meronta-ronta
melepaskan genggaman tangan Miura.
“Udah deh,
kamu diam aja. Aku gak bakal ngelakuin hal yang macam-macam kok sama kamu, aku
Cuma pengen ngomong sama kamu”, kata Miura yang membuat Cinta berhenti meronta
dan menurut.
Saat sampai
di taman belakang, Miura belum melepaskan tangan Cinta. Miura akhirnya
melepaskan tangan Cinta saat mereka sampai dekat sebuah bangku yang Miura
nyaman untuk mereka ngomong.
“Kita ngapain
sih kemari? Aku mau bali”, kata Cinta balik badan hendak pergi dari sana.
“Kan udah aku
bilang, aku mau ngomong sama kamu”, kata Miura sambil memegangi pergelangan
tangan Cinta.
“Lepasin”,
kata Cinta kembali meronta.
“Ok.. Aku
lepasin, tapi please dengerin aku”,
kata Miura mengalah pada Cinta.
“Ya udah..
Mau ngomong apa?” kata Cinta akhirnya sambil duduk di sebelah Miura.
“Napa sih,
sejak aku masuk kelas kalian, aku liat kok kamu di cuekin dan cenderung jadi
bahan olok-olokan mereka tapi kenapa kamu cuma bisa diam Cin, waktu mereka
fitnah kamu?”
“Bukan urusan
kamu”, kata Cinta kembali berdiri hendak pergi.
“Aku cuma
butuh jawaban kamu, gak lebih”, kata Miura kembali setengah berteriak.
Ok.. Aku cuma
mau masa SMA aku tenang dan gak mau cari ribut sama mereka.”
***
‘Duh... Kok
Miura lama banget sih d UKS-nya, apa jangan-jangan sakitnya parah? Aku harus
cek keadaannya Miura, mana tau kalau aku perhatian sama dia, hatinya luluh sama
aku,, wah....’ kata Faula dalam hati. “Hhhmm.. Pak. Permisi pak?”
“Kamu mau
kemana Faula?”
“Mmm,,, anu
pak. Kepala saya pusing pak, sepertinya masuk angin. Boleh saya izin ke UKS,
pak?”
“Ya sudah...”
“Makasih
pak”, kata Faula keluar kelas dengan sedikit akting.
Sesampainya
di depan pintu UKS, Faula merapikan pakaiannya. “Miura, kamu di dalam?” kata
Faula sambil membuka pintu UKS. Saat Faula masuk dan memeriksa tiap ruangan di
UKS, ia tak menemukan keberadaan Miura. “Kok Miura gak ada ya?” kata Faula
kebingungan sendiri mencari Miura di UKS.
‘Jangan-jangan
dia lagi sama si Cinta lagi.. ikh.. Napa sih tu cewek jadi penghalang gue buat
dapetin si Miura’, kata Miura dalam hati sambil keluar UKS mencari keberadaan
Miura dan Cinta. “Huft.. Mereka dimana sih? Udah di cari kemana-mana gak ketemu,
dimana lagi coba gue harus nyari mereka?” kata Faula menyedot minuman yang
dibelinya di kantin.
“Eh.. Ngapain
lo di sini, bukannya tadi lo izin sakit ke UKS, kan ?” kata Runi dari belakang
Faula.
“Kalian itu
bisa gak sih, gak ngagetin gue?”
“Sorry..Sorry”,
sesal Runi.
“Jadi ngapai
lo berkeliaran kayak gini? Lo malas belajar, pake izin sakit segala”, kata
Yusey dengan gayanya.
“Enak aja lo,
gue lagi nyari si Miura nih.”
“Nah,,
bukannya dia tadi izin k UKS?” celetuk Runi dengan cara ngomong khasnya.
“Ia, tapi
tadi gw liat k UKS dianya gak ada.”
“Pasti lagi
sama Cinta”, kata Yusey.
Terus lo
pikir gw lalu lalang gini, ngapain kalau bukan nyari mereka. Eh, lo berdua
bantuin gw dong nyariin mereka.”
“Ok”, seru
Yusey dan Runi.
“Kalau kalian
liat mereka langsung kabarin gw. Kita mencar sekarang”, kata Faula memberi
aba-aba.
***
“Kalau kamu
gak ngelawan mereka, mereka akan semakin nginjek-injek kamu, Cinta”, suara
Miura serius.
“Itu urusan
aku sama mereka, bukan urusan kamu.”
“Cinta, kamu
kok cuek gitu sih sama keadaan kamu sendiri? Kamu itu pinter, baik dan...”
“Dan?”
“Dan menurut
aku kamu itu cantik”,kata Miura dengan susah payah.
“Cantik?”
“Maksud aku..”
“Miura”,
terdengan suara dari blakang mereka memangil Miura.
‘Duh,,
slamet..slamet’, kata Miura dalam hati.
Ternyata suara
yang memangil tadi adalah suara Faula, “Aku khawatir banget tau sama kamu tadi.
Aku cari kamu ke UKS. Eh, ternyata kamu di sini sama...” Kata Faula terhenti
penuh kebencian memandang Cinta. “sama Cinta. Ya udah yuk, kita kekelas lagi”,
kata Faula dengan manja sambil menggandeng tangan Miura pergi dari sana.
Ternyata saat
mencari Miura dan Cinta, Runi melihat mereka berdua dan sesuai dengan aba-aba
Faula sebelum mereka berpencar. Runi lalu mengabari Faula keberadaan Miura dan
Cinta. Seperti yang bisa ditebak, tanpa pikir panjang Faula langsung menuju
tempat yang Runi maksud.
“Terus, Cinta
gimana?” tanya Miura pada Faula sambil menatap Cinta.
“Cinta bakal
balik sama Yusey dan Runi, Miu. Kamu tenang aja, ya kan?” kata Faula penuh arti
pada Yusey dan Runi.
“Gak usah
repot-repot, aku bisa balik sendiri.”
“Eh, gak
apa-apa kok, kamu gak repotin kami”, kata Faula mencegah kepergian Cinta. “Lagi
pula kita kan sahabatkan?”
“Ya udah,
kalian duluan aja. Kami ntar nyusul”, kata Yusey sambil mendorong Miura dan
Faula bersama Runi.
“Tapi...”
“Udah, ayo. Kita
udah telat nih masuk kelasnya”, kata Faula sambil menarik Miura pergi.
Saat Miura
menuruti kata-kata Faula kembali ke kelas, Faula melirik ke belakang ke arah
Yusey dan Runi sambil memberi isyarat memulai rencana mereka.
“Nah Cinta
yang cantik, saatnya kita senang-senang”, kata Yusey.
“Kalian mau
ngapai?” Kata Cinta sambil berjalan mundur.
“Tenang aja
deh lo, gak bakal parah kok dan gak bakal sesakit hati temen kita yang udah lo
lukain”, kata Runi.
“Emang aku
apain Faula?”
“Masih pura-pura
bego lo ya? Lo itu udah ngerayu inceran temen kita, sekarang lo harus rasain
aja apa yang bakal kami lakuin. Akibat kebodohan lo ndiri”, kata Yusey sambil
tersenyum sinis.
I have some thing to do..
still follow this story n i hope u Enjoy read this
To be continued
we will continued this story...
InsyaAllah..
so don't miss it...
we will continued this story...
InsyaAllah..
so don't miss it...
31 comments:
kegagalan merupakan pendorong yang sangat membantu kita untuk maju lebih kedepan ..bukan kebelakang ... i lkie your story ...
jempol's..
heheheh...
tq muslim...
iyah
mantap !
mana lanjutannya ?
udah bisa...
:D
@anonim...
tunggu...
sabar...
ikuti terus ya...
ntr ada lanjutannya...
sip???
@bg Vino
t kan bsa bg,, abg c gak percaya...
liat liat dulu aja lah :)
ok
wah,,background nya bikin tulisannya gk kelihatan nih Fit...
jadi penasaran nih ma cerita nya...
:D
udah ftrh ubah warna tulisannya bg
asik
complicated banget ceritanya.
tq angga ....
ya gitu deh bang Oi...
di tunggu y kelanjutanya
sip..
aman t @kardius..
insyaAllah secepatnya d lanjut'n
ceritanya bagus, tapi aku kasih sedikit kritik dan saran gpp ya, kita sama2 belajar, ehm, dalam penulisan dialog (“Cin... Kamu napa, kok nagis?”,)
seharusnya ga ada koma disitu jadi cuma " Cin.. Kamu napa, kok nangis?")
setelah (?),(!) ga boleh ada titik (.)koma(,), cara penulisanmu sama kayak aku dulu, hehe
trus dibagian (“Cin...”, kata Miura memegang pergelangan tangan Cinta. “Kamu marah sama aku?”
“Udah deh, ntar lagi bel tanda masuk bakal bunyi. Kalau gak bburu-buru masuk, ntar bisa kena hukum”, kata Cinta kembali melepaskan genggaman tangan Miura" ) aku ga bisa bedain mana cinta n miura, lagian knp miura tiba-tiba tanya marah? perkenalannya terlalu singkat untuk itu. itu seharusnya adegan teman dekat (TTM) yang kenal lama.
maaf ya kalo banyak komentar n maaf juga jika aku salah. oke good luck, n aku tunggu cerita selanjutnya. jangan lupa mampir ke blogku thx.
NB: templatenya bikin tulisan ga enak dibaca, dan ukuran dan ketebalan font juga mempengaruhi :)
tq kak,,,
bakal d perbaaiki,,,,
terima kasih atas kunjungannya
nice story ...
q tunggu kelanjutannya...
:D
tq imah..
abiz ujian yak ftrah lanjutin...
hiks...hiks...
complicated -____-
ho'oh juk.. gmn yak akhirnya,,
:D
wow,panjang benar ceritanya gk sempat baca hheheh
entar dikelas ceritaiin aja ia :)
wwkwkwk,, lw d crita'n jd gak asik dund Ian..
bgs lw ada wktu baca yak..
:D
wah,,kisah di sinetron mirip kisah ini,,
ajib dah,,
beda o zaki,, crito yg dsko murni imajinasi ftrh..
:D
background nyo Fit,tulisannyo jadi kurang jaleh, ganti warna tulisan atau ganti warna background atau gadang ukuran fontnyo ...
good Story, I love it ....
thanks om..
:D
How to withdraw money at the casino - jtmhub.com
Deposits and 전주 출장샵 Withdrawals via Wire Transfer. Neteller, 동두천 출장샵 Skrill, MasterCard, 경상북도 출장안마 Visa/MasterCard, Neteller, NETELLER, 여주 출장샵 Mastercard, Skrill, 광명 출장샵 PayPal, Skrill
Post a Comment